Sterilitas
Steril
adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba baik yang
patogen maupun yang tidak patogen baik dalam bentuk vegetatif maupun
dalam bentuk spora.
Uji
sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu
sediaan atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan
harus dalam keadaan steril. Dengan demikian sediaan dan peralatan
tersebut harus bebas dari mikroorganisme. Jadi, hanya dikenal sediaan
dan peralatan tersebut steril atau tidak steril, tidak ada istilah
hampir atau setengah steril.
Tujuan uji sterilitas
Menurut
Farmakope edisi IV (1995), uji sterilitas digunakan untuk menetapkan
apakah suatu bahan/sediaan farmasi yang diharuskan steril memenuhi
syarat sesuai dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada
masing-masing monografi, diaman untuk penggunaannya sesuai dengan
prosedur pengujian sterilitas sebagai bagian dari pengawasan mutu
pabrik, seperti yang tertera dalam sterilisasi dan jaminan sterilitas
bahan.
Sterilitas, Kontrol Ruang dan Personalia
Pembagian Ruang Steril :
a. Ruang Kelas I (White Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 µm maksimum 100/ft3
b. Ruang Kelas II (Clear Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 µm maksimum 10000/ft3
c. Ruang Kelas III (Grey Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 µm maksimum 100000/ft3
d. Ruang Kelas IV (Black Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 µm maksimum 100000/ft3
Syarat Ruangan Steril :
a. Tembok dan langit-langit harus dibuat miring.
b. Lantai tidak terbuat dari semen atau tegel.
c. Dinding harus licin dan sebaiknya dibuat dari porselin dan jangan beton atau semen agar mudah pembersihannya.
d. Lantai dan dinding sedapat mungkin jangan ada sambungan, jadi mempunyai permukaan yang betul-betul licin
e. Dinding-dindingnya tidak boleh ada susut-sudut yang tajam, karena menjadi sumber debu dan sukar untuk dibersihkan.
f. Ruangan
jangan terlalu penuh dengan meubel,harus secukupnya saja serta meubel
mempunyai permukaan yang licin, tidak ada sambungan atau celah sedapat
mungkin dipasang pada dinding jadi tidak berkaki agar lantai mudah
dibersihkan.
g. Pintu
dan jendela diusahakan adanya bertekanan positif agar kalau pintu
terbuka tidak ada udara yang masuk membawa debu dan mikroorganisme.
h. Tidak boleh ada ruangan terbuka (jalan hanya satu arah).
i. Memiliki tempat pembuangan khusus.Ruangan disterilkan dengan cara disemprot dengan larutan bakterisid lalu didiamkan beberapa
waktu lalu dihisap dan diganti dengan udara steril (udara yang
dilewatkan pada penyaringan udara). Zat yang dipakai yaitu:
1. Uap formaldehid
2. Campuran etilenglikol, resorsin+air+alkohol sama banyak (spray)
3. Etilenoksida dalam CO2 100% karena etilenoksida mudah meledak jika sendiri
4. Ozon, kloropikrin, propylenoksid, metilbromid.
Ruangan
untuk pembuatan sediaan-sediaan injeksi dan sediaan mata dan telinga
biasanya dirancang khusus yang memiliki fasilitas pembersihan dengan
kran-kran untuk mencuci kaki atau anggota badan lainnya dari pekerja,
sabun-sabun antiseptik dan pengering tangan dengan udara panas yang
dilakukan sebelum memasuki ruangan oleh para pekerja pada setiap proses
pengerjaan. dalam pabrikasi terhadap beberapa produk harus menggunakan
pakaian pelindung steril termasuk gowns, celana panjang, sepatu, penutup
kepala, masker wajah serta sarung tangan.
Mikroorganisme
dapat berpindah ke dalam preparat farmasi pada proses pengerjaan oleh
para pekerja atau operator. hal ini tidak diinginkan pada sediaan
parenteral. bahaya pemindahan mikroorganisme dari manusia ke sediaan
farmasi, dapat dikurangi dengan latihan yang kontinyu dari
personalianya, serta dilakukan pengecekan kesehatan yang teratur untuk
mencegah adanya bakteri patogen yang berasal dari kontak dengan beberapa
hasil jadi dari obat-obatan.
Sediaan Steril
Jenis-jenis sediaan steril beserta pengertiannya
1. Sterile dosage form; 15-16
a. Injeksi
Larutan
obat dalam bahan yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan, digunakan
untuk penggunaan parenteral didefenisikan sebagai injeksi. Sebuah
injeksi bisa disiapkan sebagai dosis tunggal atau dosis ganda, volumenya
bisa sama kecilnya dengan setengah militer, seperti injeksi atropine
sulfat, atau sebesar 1 liter, seperti injeksi dextrose. Istilah ini juga
bisa digunakan sebagai emulsi steril.
b. Cairan infus
Cairan
infus intravena merupakan kelompok injeksi yang terkarakterisasi oleh
metode pemberian. Ini termasuk sediaan yang digunakan sebagai nutrisi
dasar, seperti injeksi dextrose, untuk penyimpanan keseimbangan
elektrolit, seperti injeksi ringer mengandung ion natrium, kalium, dan
kalsium, untuk penggantian cairan, kombinasi seperti injeksi dextrose
dan nacl, dan untuk beberapa kegunaan lain, seperti hiperalimentasi
parenteral.
c. Radiofarmasetik
Bahan
radiofarmasetik yang digunakan untuk uji fungsi organ terpisah sebagai
kelompok injeksi di bawah istilah radiofarmasetikal. Mereka berbeda dari
injeksi lain yaitu obat dalam bentuk radioaktif, teknik berbeda juga
dibutuhkan dalam penyiapan dan penanganan.
d. Padatan steril
Sejak
beberapa obat tidak memiliki stabilitas yang cocok dalam larutan untuk
membolehkan pembungkusan sebagai injeksi, mereka disiapkan sebagai
padatan kering agar ditempatkan dalam larutan pada saat penggunaan. Jika
padatan kering tidak mengandung buffer, pengisi, atau bahan tambahan
lain, mereka dilabeli sebagai obat steril, seperti natrium nafcilin
steril. Jika bentuk kering dari obat juga mengandung buffer, pengisi,
dan bahan tambahan lain, sediaan dilabeli sebagai obat untuk injeksi,
seperti amfoterisin b untuk injeksi. Perbedaan dalam pelabelan
mengindikasikan kehadiran atau ketiadaan dari bahan.
e. Suspensi steril
Obat
yang disuspensikan dalm bahan parenteral yang cocok dibuat sebagai
suspensi obat steril, contohnya suspensi steril hidrokortison asetat.
Jika obat dalam bentuk kering dan akan menjadi suspensi dengan
penambahan bahan parenteral yang cocok, ditandai sebagai obat steril
untuk suspensi, seperti suspensi steril kloramfenikol. Tidak seperti
injeksi, 2 tipe suspensi tidak pernah diberikan intravena atau
diinjeksikan ke dalam kanal sum-sum tulang belakang.
f. Larutan mata, suspensi dan salep
Obat
dalam larutan diberikan dengan cara ditanamkan pada mata adalah sediaan
steril, walaupun istilah ”steril” tidak umum termasuk dalam namanya,
contoh larutan mata natrium sulfasetamida atau suspensi mata
hidrokortison asetat. Mereka juga berbeda dari sediaan sebelumnya yaitu
tidak perlu bebas pirogen karena tempat penggunaannya. Dalam penyiapan
salep mata, bahan obat baik dalam larutan atau padatan termikronisasi
ditambahkan agar tidak mengiritasi basis salep. Salep disterilkan dengan
panas kering atau dengan radiasi; beberapa disiapkan dengan penyiapan
steril melalui kombinasi aseptik dari bahan steril. Mereka harus dikemas dalam wadah bersegel dan bebas dari bahan partikulat yang tidak diinginkan seperti partikel logam.
g. Larutan irigasi
Larutan
yang digunakan untuk mencuci luka terbuka, didefenisikan sebagai
larutan irigasi dan digunakan secara topikal, tidak pernah secara
parenteral.
h. Bahan diagnostik
Larutan
yang diberikan secara parenteral untuk tujuan diagnostik, seperti
injeksi evan’s blue, digunakan untuk menentukan volume darah.
i. Ekstrak allergenio
Ekstrak
allergenio adalah konsentrasi allergen atau bahan yang bertanggung
jawab untuk sensitivitas yang tidak biasa dari beberapa individu,
digunakan untuk diagnostik atau pengobatan reaksi allergenik.
j. Larutan dialisis peritonial
Larutan
digunakan dengan teknik dialisis peritoneal untuk menurunkan sampah
tubuh, cairan tubuh, elektrolit serum dan bahan racun.
ALASAN TERTENTU KESTERILAN SEDIAAN DAN ALAT KESEHATAN TERSEBUT
Karena
obat itu berhubungan langsung dengan darah dan jaringan tubuh dimana
pertahanan terhadap zat asing tidaklah selengkap yang ada di saluran
cerna (misalnya hati berfungsi sebagai deteksi), diharapkan dengan
disterilkan dapat terhindarkan dari bahan infeksi sekunder. Dalam hal
ini, tidak berlaku istilah relatif steril tetapi yang berlaku steril
atau tidak steril.Terimakasih, semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar